apa yang kalian suka untuk info yang akan sharing?

apa yang kalian suka untuk info yang akan sharing?

Rabu, 30 Januari 2013

Ada Apa Di Bawah Teluk Tokyo? Mitos Ikan Lele Raksasa Bernama Namazu


Dalam mitos Jepang, gempa bumi disebabkan oleh ikan lele raksasa bernama Namazu. Dalam beberapa cerita Namazu, dia tinggal di bagian bawah Sagami atau Teluk Tokyo (Tokyo Bay). Dalam variasi lain dari ceritanya dia hidup di dalam lumpur di bawah Jepang.
Namazu menyebabkan gempa bumi dengan ekornya. Dewa Kashima menahannya dengan batu raksasa. Ketika Kashima lengah, gempa bumi yang besar dapat terjadi.
Ikan Lele dan Prediksi Gempa Bumi
Beberapa orang percaya bahwa mitos Namazu terinspirasi oleh ilmu pengetahuan nyata – ikan lele yang dapat mendeteksi gempa bumi.






Ada sejumlah anekdot tentang ikan lele yang bertingkah aneh (menjerit) sebelum gempa bumi besar. Ini adalah fenomena yang sedang diteliti di Jepang.
(Source: www.tofugu.com)

Boneka Daruma, Jimat Tahun Baru Yang Populer Di Jepang


Orang-orang akan melakukan perjalanan yang jauh dan luas pada awal tahun baru dalam mengejar keberuntungan, seperti para warga Takasaki, Prefektur Gunma, Jepang, yang bisa perlihatkan.
Pada tanggal 6 dan 7 Januari setiap tahun, 400.000 pencari keberuntungan turun ke Takasaki untuk membeli boneka merah yang bisa bergoyang di sebuah kuil di sana.
Disebut boneka Daruma, boneka dari bubur kertas ini adalah jimat tradisional Tahun Baru yang populer di seluruh Jepang. Boneka-boneka ini dijual dengan matanya yang tidak dicat, sehingga para pembelinya bisa melukis di salah satu bola matanya sambil membuat keinginan, dan satu mata lainnya jika keinginannya terwujud.
Tradisi mengatakan bahwa boneka-boneka ini pertama kali dibuat di kuil Shorinzan Darumaji pada pertengahan abad ke-18. Mereka menggambarkan biksu Zen Bodhidharma dari abad kelima, seorang tokoh dengan petisi untuk keinginan seseorang.
Anggota pengikutnya dulu membuat boneka mereka sendiri, dengan menerapkan bubur kertas pada cetakan kayu yang disediakan oleh kuil
Kini, boneka-boneka itu adalah industri lokal dengan lebih dari 50 perusahaan, menurut kantor pariwisata Takasaki, yang memproduksi lebih dari 900.000 boneka dalam setahun dan merupakan 80 persen dari semua Daruma yang dibuat di Jepang.
Banyak dari tempat produksi tertuanya, seperti Fukuya, yang terletak tepat di seberang sungai dari kuil yang berada di puncak bukit, telah dikelola secara turun temurun dalam keluarga selama lima generasi atau lebih.
Bisnis ini tidak berakhir dengan pasar malam yang berdesak-desakan di kuil, tempat para pembuat melakukan tawar-menawar dengan pengunjung untuk menjual barang dagangan mereka. Para pembuat boneka kemudian dibawa ke jalanan, dengan membawa karya-karya mereka ke festival Daruma lainnya di seluruh negeri tersebut.
Para warga dengan cepat akan mengklaim bahwa boneka Daruma dapat melakukannya, dan pada kenyataannya, bekerja dengan baik. Hiroyuku Odachi, yang menjalankan sebuah perusahaan asuransi mobil di Takasaki, mengatakan bahwa dengan memesan Daruma yang dicat custom setiap tahunnya telah membantunya mempertahankan bisnisnya meningkat, serta meningkatkan moral stafnya.
Tapi di sini kami tidak percaya bahwa Anda harus melukis di satu matanya pada satu waktu, dan kemudian terus mengganggu Bodhidharma dengan permohonan-permohonan Anda,” kata Odachi. “Anda tidak akan mencapai apa-apa seperti itu, pergi ke masa depan dalam keadaan setengah buta. Caranya adalah dengan melukis keduanya sekaligus, dan menjaga mata Anda terbuka lebar.”






Pasar Daruma akan diselenggarakan di barat Tokyo pada tanggal 12 Januari di depan Stasiun Ome, pada tanggal 12 Januari dan 13 di kuil Kokuzoji di Chichibu, Prefektur Saitama, dan pada tanggal 3 dan 4 Maret 2012 di kuil Jindaiji di Chofu, Tokyo barat.


Potret Jepang Masa Lalu – 20 Foto Yang Menakjubkan


Dikelilingi oleh gedung-gedung tinggi dan selamanya terpaku di depan layar komputer dan smartphone kita, kita sering lupa bahwa dunia yang kita tinggali ini dulunya merupakan sebuah tempat yang lebih sederhana. Orang-orang menulis surat dengan santai, mengatur jadwal dengan baik sejak jauh hari sebelumnya untuk bertemu dengan teman dan orang-orang yang kita cintai, dan, tanpa memiliki video streaming dan pemutar musik yang ringkas dan tahan air sebagai alat hiburan kita, kita lebih dapat memiliki waktu untuk mengapresiasi hal-hal kecil yang ada di sekeliling kita.
Sebagai pengingat akan gaya hidup Jepang yang dulunya sangat tenang namun sangat indah, di bawah ini kami hadirkan sebuah koleksi foto, yang menyajikan berbagai kultur Jepang masa lalu seperti taman yang indah, jembatan kayu yang dengan lengkungannya yang kokoh di atas sungai, dan orang-orang biasa yang menghabiskan hari mereka, sekitar 100 tahun yang lalu.
Jadi seduhlah secangkir teh yang nikmat, matikan ponsel Anda, dan sisihkanlah beberapa menit dari waktu Anda untuk menikmati dan mengapresiasi betapa berbedanya kehidupan di Jepang jaman dahulu itu.
Silakan menikmati.




















REPLIKA MAKANAN – Hidangan Yang Tidak Dapat Anda Santap

Kari, hamburger, sushi. Restoran di Jepang seringkali memajang makanan yang tampak lezat di jendela mereka. Tapi jenis makanan satu itu bukan untuk dimakan, tidak peduli seberapa pun bagus tampilannya. Model makanan ini adalah replika, dan restoran-restoran menampilkan mereka sehingga pelanggan potensial dapat melihat sekilas apa saja yang ada di menu mereka. Replika-replika tersebut, khususnya yang ada di Jepang, secara mengejutkan terlihat sangat realistis, dikerjakan oleh pengrajin ahli dengan teknik-teknik canggih.


Keahlian Jepang Yang Indah
Replika makanan pertama kali dibuat di Jepang sekitar 90 tahun yang lalu di sebuah restoran di department store di Tokyo. Praktek ini telah menyebar di seluruh negeri. Sebelum itu, restoran-restoran biasanya memajang makanan sungguhan, tetapi hidangan yang dipajang akan berubah bentuk dan warna jika disimpan terlalu lama. Department store dengan volume pelanggan yang tinggi sepanjang harinya merasa perlu menemukan cara untuk memajang makanan dengan tampilan yang tidak akan berubah dari waktu ke waktu. Mereka mulai menggunakan replika makanan sebagai cara baru untuk menjalankan bisnis mereka.
Replika makanan dibuat agar terlihat sama persis dengan makanan nyata, apakah itu dari ukuran, bentuk, dan warnanya. Mereka juga memiliki tekstur yang cahaya yang realistis, dan beberapa bahkan juga memiliki bekas panggangan yang sangat nyata.
Replika makanan awalnya dibuat dari lilin, tetapi kini mereka dibuat dari resin sintetis yang lebih tahan lama. Sebuah cetakan silikon dari sebuah makanan tertentu dibuat dan diisi dengan cairan plastik berwarna. Cetakan tersebut dipanggang pada suhu sekitar 150 derajat Celcius untuk membantuk resin dan menghasilkan bentuk seperti yang diinginkan.
Berikutnya adalah pewarnaan. Tahap ini memerlukan pengerjaan yang sangat berhati-hati untuk menghasilkan nuansa warna yang persis dari sebuah makanan yang dikerjakan. Pengrajin memeriksa seluruh detil dari makanan sesungguhnya dan menerapkannya pada replika makanan itu dengan cat berdasar minyak menggunakan kuas yang sangat lembut.
Replika makanan haruslah dapat menciptakan kembali semua detil dari makanan sesungguhnya, misalnya saja warna coklat pada bacon/daging panggang dan telur, atau juga perbedaan antara steak yang dimasak mentah atau setengah matang. Hampir semua replika makanan dibuat dengan tangan secara manual berdasarkan pesanan, karena makanan yang sama dapat saja berbeda dari bentuk, warna, dan penyajiannya untuk tiap restoran yang berbeda.
Kita dapat saja menciptakan replika makanan kita sendiri, walaupun hasilnya tentu tidak mungkin sebagus para pengrajin ahli yang telah berpengalaman tersebut. Kit untuk replika makanan kini banyak dijual, dan menggunakan bahan-bahan yang terdapat dalam kit itu kita dapat menciptakan berbagai replika makanan seperti pizza, parfait atau spaghetti yang melilit garpu, sehingga garpu tersebut terlihat seperti mengapung di udara.
Replika Makanan Sebagai Aksesoris
Berasal dari replika makanan asli, miniatur replika makanan untuk gantungan kunci, tali ponsel atau pembatas buku kini menjadi populer. Anda bisa mendapatkan replika lucu dari hampir seluruh makanan, dari sushi, nasi goreng atau steak hingga kue, buah-buahan dan kue kering. Meskipun mereka adalah miniatur, namun detil yang diberikan untuk replika-replika itu tetaplah rinci, seperti lemak pada pembatas buku berbentuk daging atau krim yang meleleh pada tali ponsel berbentuk kue kering. Mereka semua nampak lezat! Banyak pelajar yang menggemari alat tulis yang aneh, seperti penggaris segitiga berbentuk potongan pizza. Replika ini dijual dengan harga yang tidak mahal dan menjadi populer sebagai suvenir bagi orang Jepang maupun wisatawan asing yang mengunjungi toko-toko replika makanan yang terdapat di seluruh penjuru Jepang.
Replika makanan diciptakan oleh orang Jepang, yang dikenal sangat teliti untuk berbagai hal, dan telah menjadi bagian integral dari kebudayaan Jepang. Sebagian hal yang menyenangkan untuk bersantap di Jepang adalah memilih hidangan yang kita inginkan dengan melihat replika makanan yang dipajang di jendela restoran tertentu. Semuanya nampak lezat, jadi hidangan apa yang Anda inginkan?












Seperti Apakah “Coming Of Age Day” (Hari Datangnya Kedewasaan)?


Beberapa hari yang lalu banyak diberitakan beberapa artis Jepang yang merayakan Coming of Age Dayatau yang bisa diartikan sebagai hari datangnya kedewasaan. Sebenarnya apa sih Coming of Age Day itu?
Coming of Age Day (成人の日 Seijin no Hi) adalah sebuah hari libur di Jepang yang diadakan setiap hari Senin kedua di bulan Januari. Coming of Age Day diadakan untuk memberikan ucapan selamat dan memberikan dorongan kepada semua orang yang telah mencapai usia mayoritas (20 tahun) selama tahun kemarin, dan untuk membantu menyadarkan mereka bahwa kini mereka telah menjadi orang dewasa. Dalam Coming of Age Day ini terdapat beberapa perayaan seperti upacara datangnya kedewasaan (成人式seijin-shiki) yang diadakan di kuil-kuil keagamaan di Jepang, dan setelah itu dapat dilanjutkan dengan perayaan atau pesta dengan teman atau keluarga.
Perayaan Coming of Age Day dimulai di Jepang pada tahun 714 Masehi, saat seorang pangeran muda mengenakan jubah baru dan juga mengubah tatanan rambutnya untuk menandakan bahwa ia telah memasuki gerbang kedewasaan. Sementara untuk hari liburnya mulai ditetapkan pada tahun 1948, untuk diadakan setiap tahunnya pada tanggal 15 Januari. Namun mulai tahun 2000, sebagai hasil dari Happy Monday System, maka hari libur untuk perayaan Coming of Age Day ini ditetapkan menjadi setiap hari Senin kedua pada bulan Januari.
Hingga beberapa saat lalu, mereka yang merayakan Coming of Age Day adalah orang yang benar-benar telah menginjak usia 20 tahun, yaitu mereka berulang tahun yang ke-20 setelah Coming of Age Day tahun sebelumnya dan sebelum (atau tepat pada) Coming of Age Day tahun yang sedang berjalan. Pada kenyataannya sekarang, sebagian orang yang merayakan Coming of Age Day sebenarnya masih berumur 19 tahun, karena mereka yang merayakannya adalah mereka yang berulang tahun ke-20 antara tanggal 2 April tahun kemarin hingga 1 April tahun yang sedang berjalan.
Upacara Coming of Age Day menandai datangnya usia dewasa seseorang, yang berarti hak-hak pribadinya akan bertambah luas namun juga diiringi dengan meningkatnya tanggung jawab yang diharapkan dari seorang dewasa. Mereka yang mengikuti upacara ini dapat mengikutinya di kuil-kuil keagamaan satu daerah setempat dengan dipimpin oleh pejabat daerah tersebut. Para pejabat itu memberikan beberapa pidato/ceramah, dan diikuti dengan pembagian bingkisan kecil untuk para dewasa baru tersebut.
Banyak wanita yang merayakan perayaan ini dengan mengenakan furisode, satu jenis kimono berlengan panjang yang menggantung ke bawah, dan sepasang sandal zori. Karena kerumitan yang akan ditemui jika mengenakan sendiri satu set kimono itu, para wanita itu biasanya pergi ke salon kecantikan untuk didandani dan merias rambut mereka. Dan juga karena harga satu set lengkap pakaian formal itu sangat mahal, maka kebanyakan dari mereka akan meminjamnya dari kerabat atau menyewanya di tempat penyewaan, alih-alih membelinya untuk satu kali peristiwa ini saja. Sementara itu, pria biasanya akan mengenakan pakaian tradisional seperti kimono berwarna gelap dengan hakama, namun saat ini banyak dari mereka yang mengenakan pakaian formal Barat seperti setelan jas dan dasi. Setelah upacara selesai, para dewasa baru ini biasanya akan merayakan hari itu secara berkelompok, baik itu pergi ke pesta atau pergi minum-minum, karena usia 20 tahun di Jepang adalah usia dimana kita dapat minum-minum (sake atau minuman keras lainnya) secara legal.
Namun pada Kuil Meiji di Tokyo, upacara tidak langsung selesai begitu saja, namun berlanjut dengan ritual panahan kuno yang dikenal dengan nama Momote Shiki. Para pemanah mengenakan kimono formal seperti yang pernah dikenakan oleh para prajurit Samurai. Sebelum pemanah memulai tugasnya, seorang pendeta Shinto menembakkan sebuah anak panah bernama Kabura-ya, yaitu sebuah anak panah khusus berwarna merah dengan kepala anak panah berbentuk lobak. Anak panah tersebut akan mengeluarkan suara desingan saat dilepaskan dari busurnya. Suara tersebut dipercaya dapat mengusir kejahatan dari keseluruhan empat arah. Setelah itu, sebanyak 10 pemanah secara bergiliran akan melepaskan masing-masing dua anak panah.










Seperti Apakah “Coming Of Age Day” (Hari Datangnya Kedewasaan)?


Beberapa hari yang lalu banyak diberitakan beberapa artis Jepang yang merayakan Coming of Age Dayatau yang bisa diartikan sebagai hari datangnya kedewasaan. Sebenarnya apa sih Coming of Age Day itu?
Coming of Age Day (成人の日 Seijin no Hi) adalah sebuah hari libur di Jepang yang diadakan setiap hari Senin kedua di bulan Januari. Coming of Age Day diadakan untuk memberikan ucapan selamat dan memberikan dorongan kepada semua orang yang telah mencapai usia mayoritas (20 tahun) selama tahun kemarin, dan untuk membantu menyadarkan mereka bahwa kini mereka telah menjadi orang dewasa. Dalam Coming of Age Day ini terdapat beberapa perayaan seperti upacara datangnya kedewasaan (成人式seijin-shiki) yang diadakan di kuil-kuil keagamaan di Jepang, dan setelah itu dapat dilanjutkan dengan perayaan atau pesta dengan teman atau keluarga.
Perayaan Coming of Age Day dimulai di Jepang pada tahun 714 Masehi, saat seorang pangeran muda mengenakan jubah baru dan juga mengubah tatanan rambutnya untuk menandakan bahwa ia telah memasuki gerbang kedewasaan. Sementara untuk hari liburnya mulai ditetapkan pada tahun 1948, untuk diadakan setiap tahunnya pada tanggal 15 Januari. Namun mulai tahun 2000, sebagai hasil dari Happy Monday System, maka hari libur untuk perayaan Coming of Age Day ini ditetapkan menjadi setiap hari Senin kedua pada bulan Januari.
Hingga beberapa saat lalu, mereka yang merayakan Coming of Age Day adalah orang yang benar-benar telah menginjak usia 20 tahun, yaitu mereka berulang tahun yang ke-20 setelah Coming of Age Day tahun sebelumnya dan sebelum (atau tepat pada) Coming of Age Day tahun yang sedang berjalan. Pada kenyataannya sekarang, sebagian orang yang merayakan Coming of Age Day sebenarnya masih berumur 19 tahun, karena mereka yang merayakannya adalah mereka yang berulang tahun ke-20 antara tanggal 2 April tahun kemarin hingga 1 April tahun yang sedang berjalan.
Upacara Coming of Age Day menandai datangnya usia dewasa seseorang, yang berarti hak-hak pribadinya akan bertambah luas namun juga diiringi dengan meningkatnya tanggung jawab yang diharapkan dari seorang dewasa. Mereka yang mengikuti upacara ini dapat mengikutinya di kuil-kuil keagamaan satu daerah setempat dengan dipimpin oleh pejabat daerah tersebut. Para pejabat itu memberikan beberapa pidato/ceramah, dan diikuti dengan pembagian bingkisan kecil untuk para dewasa baru tersebut.
Banyak wanita yang merayakan perayaan ini dengan mengenakan furisode, satu jenis kimono berlengan panjang yang menggantung ke bawah, dan sepasang sandal zori. Karena kerumitan yang akan ditemui jika mengenakan sendiri satu set kimono itu, para wanita itu biasanya pergi ke salon kecantikan untuk didandani dan merias rambut mereka. Dan juga karena harga satu set lengkap pakaian formal itu sangat mahal, maka kebanyakan dari mereka akan meminjamnya dari kerabat atau menyewanya di tempat penyewaan, alih-alih membelinya untuk satu kali peristiwa ini saja. Sementara itu, pria biasanya akan mengenakan pakaian tradisional seperti kimono berwarna gelap dengan hakama, namun saat ini banyak dari mereka yang mengenakan pakaian formal Barat seperti setelan jas dan dasi. Setelah upacara selesai, para dewasa baru ini biasanya akan merayakan hari itu secara berkelompok, baik itu pergi ke pesta atau pergi minum-minum, karena usia 20 tahun di Jepang adalah usia dimana kita dapat minum-minum (sake atau minuman keras lainnya) secara legal.





Sabtu, 12 Januari 2013

10 Keunikan Dari Negara Jepang !

Walaupun di kenal sebagai negara
maju dan juga 'Macan Asia', ternyata
jepang memiliki keunikan-keunikan
yang umumnya merupakan kebiasaan
mereka.
1. Di perempatan jalan Kyoto,
perempatan jalan yang kecil, tidak ada
mobil sama sekali, tapi ada lampu
merahnya, pejalan kaki selalu berhenti
ketika lampu tanda pejalan kaki
menunjukkan warna merah. Mereka
santai saja, baca koran, ngobrol,
ngerokok, dan kemudian jalan lagi
ketika lampu sudah kembali berwarna
hijau. Padahal tidak ada mobil yang
lewat satupun. Mungkin kalau mereka
melanggar peraturan juga tidak akan
celaka.
2. Mereka tidak percaya Tuhan
(mayoritas atheis), tapi mereka bisa
disiplin dan taat sama peraturan.
Mungkin karena itu negara mereka
maju.
3. Bunga sakura adalah bunga yang
spesial di Jepang, karena bunganya
hanya tumbuh 2 minggu selama
setahun. Ketika tumbuh, bunganya
memenuhi seluruh pohon, tanpa
daun. Setelah 2 minggu, tidak ada
satupun bunga sakura, yang ada
hanyalah daun-daun hijau, tanpa
bunga, dan jadi tidak menarik lagi.
4. Sepeda tidak boleh dipakai
boncengan, kecuali yang
memboncengkannya berusia lebih dari
16 tahun dan anak yang diboncengkan
berusia kurang dari satu tahun dan
hanya seorang saja yang
diboncengkan. Bila dilanggar,
dendanya maksimal 20 ribu yen.
5. Di Indonesia, kita bakal dapat uang
kalau kita menjual barang bekas kita ke
toko jual-beli. Tapi di Jepang, kita
malah harus bayar kalau mau
menaruh barang kita di toko jual-beli.
Itulah sebabnya kenapa orang Jepang
lebih memilih meninggalkan TV bekas
mereka begitu saja kalau mau pindah
apartemen.
6. Sebelum bepergian, biasanya orang
Jepang selalu mengecek ramalan
cuaca. Dan 90% ramalan cuaca itu
akurat. Itu sebabnya kalau ada orang
bawa payung, pasti kita akan lihat
orang yang lainnya lagi bawa payung
juga. Dan perempatan Shibuya adalah
tempat yang paling menarik ketika
hujan, karena dari atas kita akan
melihat lautan payung yang berwarna-
warni.
7. Kalau naik eskalator di Tokyo, kita
harus berdiri di sebelah kiri, karena
sebelah kanan adalah untuk orang
yang terburu-buru. Jangan sekali-kali
berdiri di kanan kalau kita tidak
langsung naik.
8. Jika naik taxi di Jepang, pintu dibuka
dan ditutup oleh supir. Penumpang
dilarang membuka dan menutupnya
sendiri.
9. Di Jepang, angka “4″ dan “9″ tidak
disukai, sehingga sering tidak ada
nomor kamar “4″ dan “9″. “4″ dibaca
“shi” yang sama bunyinya dengan
yang berarti “mati”, sedangkan “9″
dibaca “ku”, yang sama bunyinya
dengan yang berarti “kurushii /
sengsara.
10. Cara baca tulisan Jepang ada dua
style : yang sama dengan buku
berhuruf Roman alphabet huruf
dibaca dari atas ke bawah, dan yang
kedua adalah dari kolom paling kanan
ke arah kiri. Sehingga bagian depan
dan belakang buku berlawanan
dengan buku Roman alphabet
(halaman muka berada di “bagian
belakang”)